Makalah Manajemen Perubahan
DisusunOleh
:
Kelompok III (Tiga)
SEKOLAH TINGGI
ILMU ADMINISTRASI TABALONG
SEMESTER III (TIGA)
TAHUN AJARAN 2016
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam menghadapi lingkungan pekerjaan yang semakin dinamis dan terus
berubah, maka organisasi dituntut untuk dapat menyesuaikan diri.Jika tidak maka
bersiaplah organisasi tersebut untuk mati.Hal ini adalah konsekuensi hidup pada
saat ini yang termasuk pada zaman ketidak sinambungan, persaingan antar
organisasi selalu berubah.Ekonomi global membawa pesaing yang datang dari
berbagai tempat.
Organisasi yang berhasil adalah organisasi yang dapat berubah untuk
menghadapi persaingan, mereka akan tangkas, mampu secara cepat mengembangkan
inovasi-inovasi baru dan siap menghadapi persaingan baru. Akan tetapi perubahan
dilakukan melalui berbagai pemikiran terlebih dahulu.
B. Rumusan Masalah
Perubahan dalam arti luas memiliki arti membuat sesuatu menjadi lain.
Melakukan perubahan haruslah dengan rencana yang matang, perubahan terencana
disini maksudnya adalah kegiatan perubahan yang sengaja dan berorientasi pada
tujuan. Adapun beberapa tujuan perubahan adalah :
1. Perubahanmengupayakanperbaikankemampuanorganisasiuntukmenyesuaikandiriterhadapperubahanlingkungan.
2. Perubahanmengupayakanperilakukaryawan.
Pertanyaan berikutnya adalah siapakah yang melakukan perubahan ? yang
melakukan perubahan adalah agen perubahan. Agen Perubahan adalah orang yang
bertindak sebagai katalis dan memikul tanggung jawab mengelola kegiatan
perubahan yang dapat berupa : Manajer, Karyawan atau konsultan luar.
BAB II
PEMBAHASAN
Manajemen perubahan adalah proses terus-menerus memperbaharui organisasi
berkenaan dengan arah, struktur, dan kemampuan untuk melayani kebutuhan yang
selalu berubah dari pasar, pelanggan dan para pekerja itu sendiri. Kegiatan
manajemen perubahan harus berlangsung pada tingkat tinggi mengingat laju
perubahan yang dihadapi akan lebih besar dari masa sebelumnya.
Last but not least, agar terjadi perubahan yang signifikan dan dapat
diimplementasikan dengan baik kedalam suatu organisasi, maka hal berikut ini
harus segera terjadi, yakni : orang harus memahami dengan jelas tentang apa
yang dimaksud dengan organisasi bisnis dan pelanggan.
Persyaratan kinerja baru harus dinyatakan dengan jelas dan dipahami oleh
para pekerja, sehingga mereka mampu melakukan perubahan perilaku sekaligus
merubah cara mereka melakukan bisnis, tentunya perubahan ini secara luas harus
selaras dengan tujuan organisasi. Dengan demikian, para manajer perlu melakukan
pembinaan untuk suatu perubahan yang konstruktif pada seluruh organisasi.
Ketika ide perubahan disampaikan kepada seluruh lapisan organisasi sebagai
sebuah mainstream, maka dengan sendirinya perlu dibarengi oleh perubahan
infrastruktur pembinaan yang sudah ada, yang dapat mengatasi segala bentuk
resistensi, sehingga mereka terdorong untuk mencoba dan menyesuaikan diri
dengan perubahan yang telah direncanakan.
Kemampuan organisasi untuk bertahan hidup (survive) sangat ditentukan oleh kemampuan
organisasi untuk berubah, menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan yang
dihadapi atau menyesuaikan diri dengan perubahan potensial yang akan terjadi di
masa mendatang. Perubahan bertujuan agar organisasi tidak menjadi statis
melainkan tetap dinamis dalam menghadapi perkembangan jaman, kemajuan
teknologi, komunikasi dan informasi. Tanpa adanya perubahan, maka dapat
dipastikan usia organisasi tersebut tidak akan bertahan lama. Setiap organisasi
yang mengabaikan konsep perubahan akan mengalami dampak negatif yang timbul
oleh karenanya. Organisasi modern dewasa ini harus menghadapi dan menyelesaikan
sejumlah
persoalan
yang menyebabkan terciptanya kebutuhan akan perubahan internal organisasi.
Menurut Mc
Calman perubahan suatu organisasi memerlukan apa yang disebut dengan Perpetual
Transition Management, yaitu suatu kerangka kerja manajemen transisi yang akan
memberikan sejumlah pemahaman penting tentang apa yang memicu adanya
perubahan-perubahan di dalam organisasi dan bagaimana organisasi tersebut
bereaksi terhadapnya. Model manajemen transisi tersebut mencakup 4 (empat)
macam proses yang saling terkait dan beroperasi pada tingkatan yang berbeda dan
mencakup berbagai factor yang berbeda pula dalam hirarkhi keorganisasian.
Adapun keempat macam lapisan tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Lapisan pemicu (the trigger layer), yang berhubungan
dengan identifikasi kebutuhan dan peluang-peluang untuk perubahan penting, yang
dirumuskan secara sadar dalam wujud peluang-peluang dan bukan dalam bentuk
ancaman-ancaman atau krisis-krisis.
2.
Lapisan visi (the vision layer), yang menetapkan
perkembangan masa yang akan datang organisasi yang bersangkutan, dengan jalan
menekankan suatu visi dan mengkomunikasikannya secara efektif, sehubungan
dengan arah kemana organisasi tersebut sedang melaju.
3.
Lapisan konversi (the conversion layer) yang dibentuk
guna memobilisasi dukungan di dalam organisasi yang bersangkutan, bagi visi
baru tersebut sebagai metode yang paling tepat dalam hal menangani
pemicu-pemicu perubahan tersebut.
4. Lapisan
pemeliharaan dan pembaruan, yang mengidentifikasi cara-cara dengan apa
perubahan dipertahankan, serta dikembangkan melalui perubahan-perubahan dalam
sikap dan prilaku, dan dipastikan tidak akan kembalinya organisasi tersebut ke
tradisi-tradisi yang berlaku sebelumnya.
Tyagi 2001, model Lewin belum cukup karena hanya
menyangkut sumber daya manusia. Bebrapa komponen sistem dalam proses perubahan:
a.
Adanya kekuasaan untuk melakukan perubahan.
b.
Mengenal dan mendefinisikan masalah.
c.
Proses penyelesaian masalah.
d.
Mengimplementasikan masalah.
e.
Mengukur, mengevaluasi dan mengontrol hasil.
Pendekatan
sistem Kreitner dan Kinicki 2001, kerangka kerja perubahan organisasi terdiri
dari inputs, target elemen of change dan outputs.
Burners 2000, tiga macam model perubahan yang dikelompokan berdasarkan
frekuensi dan besaran perubahan:
a. The increamental
model of change.
b.
Perubahan berlangsung secara bertahap.
c.
Perubahan secara berganti pada masing-masing bagian.
d.
Perubahan terjadi karena ada respon internal dan
eksternal.
a.
Dinamika perubahan manusia memiliki struktur dengan
daya tahan (resilience) sebagai pola sentral dan didukung oleh tujuh pola
pendukung:
b.
Sifat perubahan (the natural of change).
c.
Proses perubahan (process of change).
d.
Peran perubahan (role of change).
e.
Menolak perubahan (resisting change).
f.
Terikat pada perubahan (comiting to change).
g.
Pentingnya tim kerja yang sinergis.
a. Membuka
pikiran.
b. Menenangkan
hati.
c. Memungkinkan tindakan.
d. Menghargai
prestasi.
a. Mengidentifikasikan
objek yang terkena dampak perubahan yang mungkin menolak perubahan.
b. Menelusuri
sumber, tipe dan tingkat resistensi perubahan yang mungkin ditemukan.
c.
Mendesain strategi yang efektif untuk mengurangi
resistensi tersebut.
Kemungkinan untuk mengimplementasikan perubahan secara berhasil sangat
meningkat apabila setiap orang yang terlibat didalamnya memiliki pemahaman yang
sama tentang apa yang akan terjadi, dan mengapa hal tersebut akan terjadi.
Dalam hal ini, para pengambil keputusan perlu menyadari benar-benar bahwa
perubahan merupakan suatu proses konstan di dalam suatu organisasi modern.
Sebagai
sebuah proses, perubahan tidak selamanya berjalan sesuai dengan yang
diharapkan. Menurut M. Nur Nasution (2010), perubahan pada sebuah organisasi
dapat memicu timbulnya penolakan baik dari individu maupun dari organisasi itu
sendiri.
a. Ketidakamanan
ekonomis
b. Ketakutan atas
hal yang tidak diketahui
c. Ancaman pada
hubungan sosial
d. Kebiasaan
e. Kegagalan
kebutuhan untuk berubah;
f. Proses
informasi selektif;
g. Iklim
ketidakpercayaan;
h. Ketakutan
akan kegagalan;
i.
Konflik pribadi;
j.
Sistem penghargaan tidak memperkuat.
a. Kelambanan
struktural dan kelompok kerja;
b. Tantangan
keseimbangan kekuatan yang ada;
c. Usaha
perubahan sebelumnya tidak berhasil;
d. Terlalu fokus
pada perubahan terbatas;
e. Ancaman pada
hubungan kekuasaan yang sudah ada;
f. Ancaman terhadap
alokasi sumber daya yang sudah ada.
g. Demografis
h. Persepsi
terhadap revolusi informasi
i.
Lingkungan dan social.
Resistensi terhadap perubahan ini tidak bisa disepelekan karena sifatnya
yang menular, melumpuhkan, dan merintangi (Wibowo:2006) sehingga pada akhirnya
akan berpengaruh terhadap keberhasilan dari perubahan itu sendiri. Seperti
disebutkan di atas, perubahan senantiasa mengandung makna, beralihnya keadaan
sebelumnya (the before condition) menjadi keadaan setelahnya (the after
condition). Perlu diingat bahwa tidak semua perubahan yang terjadi akan
menimbulkan kondisi yang lebih baik, sehingga dalam hal demikian tentu perlu
diupayakan agar dimungkinkan perubahan diarahkan ke arah hal yang lebih baik
dibandingkan dengan kondisi sebelumnya. Transisi dari kondisi awal hingga
kondisi kemudian memerlukan suatu proses transformasi, yang tidak selalu
berlangsung dengan lancer, mengingat bahwa perubahan-perubahan seringkali
disertai dengan aneka macam konflik yang muncul. Disinilah arti penting dari
manajemen pengelolaan, yaitu untuk mengawal agar proses transformasi tersebut
berlangsung dalam waktu yang relatif cepat dengan kesulitan yang seminimal
mungkin.
Perubahan berarti bahwa kita harus mengubah dalam cara mengarjakan atau
berpikir tentang sesuatu. Dengan demikian, perubahan membuat sesuatu menjadi
berbeda. Perubahan merupakan pergeseran dari keadaan sekarang suatu organisasi
menuju pada keadaan yang diinginkan di masa depan. Perubahan tersebut dapat
terjadi pada struktur organisasi, proses mekanisme kerja, SDM dan budaya.
a. Bersifat
misterius karena tidak mudah dipegang
b. Memerlukan
tokoh terkenal dalam melakukan perubahan
c. Tidak semua
orang bisa diajak melihat perubahan
d. Perubahan
terjadi setiap saat secara kontinu
e. Ada sisi
lembut dan sisi perubahan
f. Membutuhkan
waktu, biaya, dan kekuatan
g. Dibutuhkan
upaya khusus untuk menyentuh nilai dasar/budaya korporat
h. Banyak diwarnai
mitos
i.
Perubahan menimbulkan ekspektasi yang dapat menimbulkan
getaran emosi dan harapan
j.
Perubahan selalu menakutkan yang menimbulkan
kepanikan.
Kebanyakan organisasi yang berhasil adalah mereka yang focus pada seluruh
aktivitas pekerjaan dalam melakukan perubahan. Organisasi yang sukses dalam
mendapatkan, menanamkan, dan menerapkan pengetahuan yang dapat dipergunakan
untuk membantu menerima perubahan dinamakan learning organizational.
Perubahan organisasional bukanlah proses sederhana. Perubahan organisasi
adalah mengenal perubahan kinerja organisasi. Ikatan antara apa yang kita
lakukan dengan hasilnya, lebih banyak energy, komitmen, dan kesenangan selama
proses perubahan. Namun sebelum mengimplementasikan perubahan, ada dua hal yang harus dipertimbangkan, yaitu:
§ Bagaimana
kita mengetahui adanya sesuatu yang salah pada keadaan sekarang ?
§ Seberapa
serius masalahnya?
Tujuan
perubahan disatu sisi untuk memperbaiki kemampuan organisasi dalam menyesuaikan
diri dengan perubahan lingkungan dan disisi lain, mengupayakan perubahan
perilaku karyawan untuk meningkatkan produktivitasnya. Perubahan harus
dilakukan secara hati-hati dengan mempertimbangkan berbagai hal agar manfaat
yang ditimbulkan oleh perubahan harus lebih besar daripada beban kerugian yang
harus ditanggung. Tujuan suatu perubahan pada umumnya masih bersifat makro
dengan jangka waktu relative panjang. Untuk itu, tujuan dijabarkan dalam jangka
waktu lebih pendek dengan ukuranyang lebih spesifik, dan konkret dengan
menetapkan sasaran perubahan. Sasaran perubahan dapat diarahkan pada struktur
organisasi, teknologi, pengaturan fisik, SDM, proses mekanisme kerja dan budaya
organisasi.
Menurut Conner :
a. Introduksi
teknologi baru
b. Total
quality management (TQM)
c.
Business Process Reengineering (BPR)
a. Perubahan
terencana (planned change) dan perubahan tidak terencana
b. Menurut
sifatnya yaitu: increamental change dan fundamental change,
c. Tempered
radical change
d. Structural
change dan cyclical change
e.
Planned change dan emergechange.
Kritner dan Kinicki (2001) mengelompokkan perubahan ke dalam tiga tipologi,
yaitu: adaptive change, innovative change, dan radically innovative change.
Merupakan perubahan yang paling rendah tingkat kompleksitasnya, dan ketidak
pastiannya. Perubahan ini menyangkut pelaksanaan perubahan yang sifatnya
berulang atau meniru perubahan dari unit kerja yang berbeda, dan karyawan tidak
merasakan kekhawatiran atas perubahan.
Memperkenalkan praktik baru dalam organisasi. Perubahan ini berada di
tengah kontinum diukur dari kompleksitas, biaya dan ketidakpastiannya.
Ketidakbiasaan dalam mengerjakan sesuatu yang baru dan ketidak pastian yang
lebih besar akan hasilnya dapat membuat ketakutan terhadap tipe perubahan ini.
Merupakan
jenis perubahan yang paling sulit dilaksanakan, cenderung paling menakutkan
bagi manajer untuk melaksanakan, karena memberikan dampak kuat pada keamanan
kerja karyawan. Perubahan inivativ radikal merupakan perubahan yang bersifat
mendasar/fundamental dengan dampak dan resiko yang luas. Resistensi perubahan
cenderung meningkat bila perubahan begerak dari perubahan adaptif, inivatif,
dan radikal.
a. Sponsor,
yaitu individu atau kelompok yang mempunyai kekuasaan member persetujuan
perubahan.
b. Agent,
individu atau kelompok yang mepunyai tanggung jawab membuat perubahan.
c. Target,
yaitu individu atau kelompok yang harus berubah.
d.
Advocate, yaitu
individu atau kelompok yang ingin mencapai perubahan tetapi kurang memiliki
kekuasaan.
1.
Fase ini melakukan komitmen terdiri dari contact dan
awareness.
Usaha
melakukan kontak dalam bentuk rapat, pidato, atau memo untuk mendapatkan
kepedulian. Hasil yang mungkin diperoleh dari kepedulian bisa pemahaman atau
kebingungan.
2.
Penerimaan
Penerimaan terdiri atas tahapan pemahaman dan persepsi. Hasil dari pemahaman
Penerimaan terdiri atas tahapan pemahaman dan persepsi. Hasil dari pemahaman
bisa
persepsi positif atau negative. Persepsi positif akan mendukung memulai
perubahan.
3.
Janji (commitment)
4.
Fase ini terdiri dari installation, adoption,
institutionalization, dan internalization.
Installation
merupakan kesempatan pertama dimana tindakan komitment timbul. Tindakan ini
memerlukan konsisten tujuan, investasi sumber daya, dan subordinasi sasaran
jangka pendek dengan tujuan jangka panjang. Ada dua kemungkinan hasil
dari
installation stage, yaitu perubahan digugurkan setelah implementasi awal atau
diadopsi untuk pengujian jangka panjang. Installation stage merupakan tes
pendahuluan dengan focus pada masalh memulai perubahan, maka adopsi menguji
implikasi lebih luas dari perubahan. Adopsi focus pada kepentingan dengan
masalah mendalam dan jangka panjang. Tingkat komitmen dipertimbangkan untuk
mencapai tahap adopsi, tetapi proyek perubahan pada tahap ini tetap dievaluasi,
dengan opsi pada penundaan. Ada dua kemungkinan hasil pada tahap adopsi;
perubahan dapat dihentikan setelah digunakan secara ekstensif atau perubahan
dapat dilembagakan sebagai prosedur standar operasi.
1.
Mengelola pada saat turun dan saat sedang naik
Pada saat pasar sedang tumbuh, kita bisa meningkatkan keuntungan dengan
pemasaran. Sebaliknya, pada saat pasar sedang lesu dan kondisi perusahaan
menurun, yang terutama harus dilakukan adalah efesiensi. Pada saat sedang
tumbuh kita bisa memainkan instrument utang. Sedangkan pada saat turun,
perbaikan diarahkan pada sisi asset, terutama merampingkan organisasi, membuang
beban, dan mengubah arah masa depan.
Ada beberapa beberapa indicator untuk melihat seberapa jauh perusahaan
dapat diputar haluannya. Indicator indikatornya adalah sebagai berikut:
a. Dukungan
yang kuat dari stakeholder, termasuk karyawan, komunitas, dan pemegang saham.
Bila perusahaan besar dibutuhkan pula dukungan dari negara.
b. Adanya
bisnis inti (cor business) yang mampu mendatangkan cashflow, yang tampak dari
kondisi EBIT (Earning Before Interest dan Taxes) yang positif dan cukup
memenuhi kebutuhan baru.
c. Adanya tim
manajemen yang solid dan tangguh untuk mengendalikan operasional perusahaan.
d. Sumber-sumber
baru pembiayaan, khusus pembiayaan jangka panjang.
2. Produk
andalan
Salah satu syarat untuk keluar dari situasi yang sulit adalah adanya produk
andalan. Biasanya kesulitan yang dialami oleh perusahaan dimulai dengan tidak
dapat diandalkannya produk andalan. Banyak hal yang menyebabkan produk andalan
kehilangan auranya di pasar, misalnya:
a.
Pengendalian mutu tidak memadai
b.
Delivery tidak tepat waktu
c.
Teknologi ketinggalan zaman
d.
Muncul produk-produk pengganti
e.
Medan kompetisi baru.
Setiap perubahan memiliki tujuan tertentu yang dapat berupa upaya
penyesuaian terhadap perubahan lingkungan (misalnya selera konsumen berubah,
adanya peraturan baru yang diberlakukan pemerintah, kemajuan teknologi, dan
lain-lain) dan upaya peningkatan efisiensi organisasi dalam rangka mencapai
kondisi yang lebih baik. Apa pun jenis tujuan yang hendak dicapai, setiap
perubahan harus disiapkan dengan baik mengikuti langkah-langkah tertentu.Secara
sederhana, tahapan (langkah-langkah) yang harus ditempuh dalam mengadakan
perubahan organisasi adalah sebagai berikut:
a.
Menyadarkan seluruh anggota bahwa perubahan tertentu
perlu dilakukan
(unfreezing).
(unfreezing).
b.
Melaksanakan perubahan/menerapkan sesuatu yang
baru(changing).
c.
Menstabilkan situasi setelah perubahan dilaksanakan
(refreezing).
Ada beberapa cara dalam
pengimplementasian proses perubahan,Yaitu:
1.
Disiplin diri
2.
Kerja sama tim
3.
Manfaat teknologi
4.
Orientasi pada
tindakan
Strategi dan tindakan sangat penting dalam menciptakan perubahan. Strategi
berorientasi pada perubahan yang kontinu dan bersifat terobosan. Strategi
tindakan adalah strategi yang inovasi dan dilandasi cara berpikir entrepreneur.
Ada beberapa hal yang menjadi pegangan dalam melakukan tindakan perubahan
yaitu:
1.
Jangan abaikan strategi
2.
Bertindak cerdik dan rajin
3.
Warnai perubahan dengan mimpi besar
4.
Tumbuhkan kesadaran bahwa setiap awal pasti sulit
5.
Berikanlah value
6.
Berorientasi bisnis
7.
Menghilangkan pemikiran yang salah
8.
Kekuatan pendorong SDM yang cerdas
9.
Mengembangkan potensi
10. Memperbaiki
keterampilan
11. Menjadi
lebih efektif
12. Mempengaruhi
orang lain
13. Merencakan
ke depan
14. Mengubah
Pola Pikir
15. Menciptakan keunggu
BAB III
Perubahan sangat membutuhkan sekali proses penyesuain di dalamnya untuk
tercapainya tujuan perubahan itu sendiri. Adakalanya proses tersebut
membutuhkan waktu yang tidak bisa ditentukan, oleh karena itu dalam masalah
perubahan khususnya pada suatu organisasi harus ada pengertian antara ketua dan
anggota ataupun antara pimpinan dan bawahannya supaya proses menuju perubahan
yang diinginkan dapat berjalan sesuai dengan apa yang telah direncanakan
bersama.
Setiap perubahan yang terjadi pasti ada proses didalamnya untuk
menyesuaikan dengan perubahan yang terjadi. Pada proses tersebut harus ada komitmen
bersama bahwa perubahan yang dilakukan ialah untuk kemajuan bersama demi
terciptanya lingkungan organisasi yang lebih baik dan mengikuti setiap
perkembangan yang terjadi di dunia luar sehingga organisai ataupun perusahaan
tersebut tidak ketinggalan dalam segala aspek, baik itu aspek sosial ekonomi
maupun aspek yang berhubungan dengan teknologi dan alat pendukung kinerja
lainnya sehingga dapat bersaing dalam segala hal dengan organisasi maupun
perusahaan lain. Dari hasil perubahan ini diharapkan dapat meningkatkan kinerja
suatu perusahaan ataupun organisasi dan tidak menutup kemungkinan dari
perubahan ini akan dapat pula memajukan organisasi ataupun perusahaan tersebut
ke arah yang lebih maju dan lebih baik lagi dari masa sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Prof.Wibowo 2008. Manajemen perubahan (edisi 3).
Jakarta, Raja Grafido persada
0 Response to "Makalah Manajemen Perubahan"
Posting Komentar