Mencari Sebuah Arti Hidup Di Dunia Yang Fana
.jpg)
Assalamualaikum wr, wb,
Selamat Pagi di awal hari 1 Muharram ini 1439 H.
Semoga senantiasa kita mendapatkan curahan rahmat dari Allah SWT Tuhan Semesta Alam serta selalu dalam petunjukNya.
Kita berada didunia, hidup di alam yang nyata bagi logika kita. Logika kita selalu berpikir seolah dunia ini adalah tujuan hidup kita. Namun kadang hati kita berkata lain, bahkan ketenangan hidup sampai terusik. Gelisah dan selalu bertanya, apa Tujuan aku hidup ?
Maka kita akan kupas sedikit mengenai Tujuan kita hidup di dunia ini sebagai orang yang beragama, terutama agama Islam.
KEUTAMAAN MANUSIA MENURUT AL QUR'AN, Dalam Al-Qur’an, manusia berulang kali dipuji, berulang kali pula direndahkan. Mereka dipuji melebihi malaikat dan direndahkan pada tempat yang paling rendah (Lih.QS. At-Tiin (95). 4 – 5). Oleh karena itu manusia sendiri yang harus menentukan hasil ahkir hidupnya.
Murtadha Muthahhari
mengatakan, bahwa manusia banyak memiliki segi positif, disamping
yang negatif. Segi positif manusia itu adalah,
pertama, karena ia sebagai kholifah (wakil) Allah di muka bumi (QS. Al-Baqoroh (2). 30, Al-An’am (6) 165).
Kedua, dibanding makhluk yang lain manusia memiliki kapasitas intelegensia yang paling tinggi (Al-Baqoroh (2). 31-33).
Kelebihan ketiga adalah,
bahwa banusia cenderung lebih dekat dengan Tuhan. Hal ini berarti,
bahwa manusia sadar akan kehadiran Tuhan jauh di dasar sanubari
mereka (QS Al-A’raf (7). 172, Ar-Rum (30). 43).
Keempat, dalam
fitrahnya, manusia memiliki sekumpulan unsur surgawi yang luhur, yang
berbeda dengan unsur-unsur badani yang ada pada binatang,
tumbuh-tumbuhan dan makhluk lainya (QS. As-Sajdah (32). 7-9).
Kelima, Penciptaan
manusia benar-benar telah diperhitungkan secara teliti, bukan suatu
kebetulan, karenanya manusia adalah makhluk pilihan (QS. Thoha (20).
ayat 122.
Keenam, manusia bersifat
bebas dan merdeka. Mereka mendapat kepercayaan penuh dari Tuhan.
Mereka diberkahi dengan risalah yang diturunkan melalui para nabi dan
rosul, dan dikarunia rasa tanggung jawab. Mereka diperintahkan untuk
mencarai nafkah dimuka bumi ini dengan inisiatif dan jerih payah
mereka sendiri. Mereka-pun bebas memilih kesejahteraan atau
kesengsaraan bagi mereka (QS.Al-Akhzab (33). 72, Al-Insan (76). 2-3).
Ketujuh, Manusia
dikaruniai pembawaan yang mulia dan bermartabat. Manusia akan
menghargai dirinya sendiri jika mereka merasakan kemuliaan dan
martabat tersebut serta mau melepaskan diri dari kepicikan segara
kerendahan budi, penghambaan dan hawa nafsu (QS. Al-Isra’ (17). 70).
Kedelapan, Manusia
memiliki kesadaran moral. Mereka dapat membedakan yang baik dari yang
jahat melalui inspirasi fitri yang ada pada diri mereka (QS. Asy-Syam
(91). 7-8).
Kesembilan, Jiwa manusia
tidak akan damai kecuali dengan mengingat Allah (QS. Ar-Ra’d (13).
28). Keinginan mereka tidak terbatas, mereka tidak puas dengan apa
yang telah mereka peroleh. Dilain pihak, mereka lebih berhasrat untuk
ditinggikan kearah perhubungan dengan Tuhan Yang Maha Abadi (QS.
Ar-Ra’d (13). 28, Al-Insyiqaaq (84). 6).
Kesepuluh, Segala
karunia duniawi diciptakan untuk kepentingan manusia. Jadi manusia
berhak memanfaatkannya dengan cara yang sah (QS. Al-baqoroh (2). 29,
Al-Jatsiyaat (45). 13.)
Kesebelas, Tuhan
menciptakan manusia agar mereka menyembah-Nya. Ketundukan dan
kepatuhan adalah menjadi tanggung jawabnya (QS. Adz-Dzariyat (51). 56).
Keduabelas, Manusia
tidak dapat memahami dirinya, kecuali dengan sujud kepada Tuhan dan
dengan mengingat-Nya. Bila mereka melupakan Tuhan, mereka pun akan
melupakan diri mereka sendiri (QS. Al-Hasyr (59). 19).
Ketigabelas,
Setiap realitas yang tersembunyi akan dihadapkan kepada manusia
setelah mereka mati dan selubung ruh mereka dibuka (QS. Qaaf (50).
22).
Keempatbelas, Manusia
tidak hanya tersentuh oleh motifasi duniawi saja, kebutuhan bendawi
bukanlah satu-satunya pendorong baginya. Lebih dari itu, mereka selalu
berusaha meraih cita-cita yang lebih luhur dalan hidup mereka (QS.
Al-Fajr (89). 27-28, At-Taubah (9). 72). (Murtadha Muthahhari,
Perspektif al-Qur’an Tentang Manusia dan Agama, Mizan, Bandung,
cetakan ke X. 1998. hal. 117-121).
Dari keterangan Muthahhari diatas
dapat disimpulkan, bahwa al-Qur’an menempatkan manusia sebagai
makhluk pilihan Tuhan, manusia adalah kholifah dimuka bumi dan
memiliki potensi duniawi dan ukhrowi sekaligus. Kedua potensi itulah
senjata hidup manusia sebagai kholifah. Senjata itu adalah fitrah,
nafsu, hati/qolb, ruh dan akal,
0 Response to "Mencari Sebuah Arti Hidup Di Dunia Yang Fana"
Posting Komentar